Rabu, 01 Maret 2017

Pion Politik Agama




Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca Al-quran..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi Al-Quran..

Jika kamu memusuhi orang yang berbeda agama dengan kamu..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi Agama..

Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi moral..

Per-Tuhankanlah allah bukan yang lainnya, dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah adalah  “Kamu harus menerima semua mahluk,

“Karena begitulah Allah”

-Gus Dur- https://m.youtube.com/watch?v=WlAl3AyZpUI

Begitulah kutipan tersebut, seakan membuat kita membuka mata, dan sadar bahwa saat ini dengan situasi kondisi yang ada kita membutuhkan sosok layaknya Gus Dur, bagaimana tidak.. saat ini kondisi negara kita khususnya wilayah DKI Jakarta seperti krisis keharmonisan. Orang bertindak rasis seolah semua orang merasa benar dan mulai saling mengelompokan diri. Rasanya seperti kita akan kembali ke masa penjajahan dulu, dimana setiap organisasi, setiap wilayah, setiap kota punya keinginan berjalan sendiri-sendiri untuk merasa bebas. “Divide Et Impera“ yaaa itulah, Adu Domba, tanpa sadar saat ini kita sedang di adu domba oleh dalang – dalang dibalik layar sana yang memiliki kepentingan untuk menjajah, dan pion nya adalah “Kita”. Nyaris saat ini keharmonisan adalah hal yang semu, dibalik rasa toleransi kini tersimpan rasa benci, curiga satu sama lain. Gus Dur siapakah yang mewarisi pemikiran mu, sebagai penengah dan pemersatu dari bedebah-bedebah budak sara yang sedang booming layaknya penyakit kulit. Wahai saudaraku, sini duduk bersama, ngobrol bersama, ngopi bersama, bercanda dan tersenyum bersama tanpa ada tendeng rasa curiga, rasa benci, apa kalian tidak merindukan masa-masa itu?

Bhineka Tunggal Ika, persatuan yang telah diperjuangkan para pejuang kita dahulu teruslah pertahankan, negara kita memiliki dan mengakui 6 (enam) agama, berbagai ras dan banyak suku, serta bahasa. Maka janganlah merasa harus dihargai sendiri karena penghargaan itu miliki kita bersama, bukan satu agama, satu ras, satu suku. Tetapi penghargaan yang berupa kemerdekaan negara kita adalah milik bersama. Ingat, kita bisa merdeka karena kita bersama dan bersatu, tak ada alasan agama, suku, ras, bahasa. Kita adalah satu, yaitu Indonesia.
-salam satu keluarga, keluarga Pancasila, keluarga Bhineka Tunggal Ika, dan keluarga Indonesia-


KataCakra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar