Jika
kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca Al-quran..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi Al-Quran..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi Al-Quran..
Jika
kamu memusuhi orang yang berbeda agama dengan kamu..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi Agama..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi Agama..
Jika
kamu menjauhi orang yang melanggar moral..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi moral..
Berarti yang kamu per-Tuhankan bukan Allah,
Tapi moral..
Per-Tuhankanlah
allah bukan yang lainnya, dan pembuktian bahwa kamu mempertuhankan Allah adalah “Kamu
harus menerima semua mahluk,
“Karena
begitulah Allah”
-Gus
Dur- https://m.youtube.com/watch?v=WlAl3AyZpUI
Begitulah
kutipan tersebut, seakan membuat kita membuka mata, dan sadar bahwa saat ini
dengan situasi kondisi yang ada kita membutuhkan sosok layaknya Gus Dur,
bagaimana tidak.. saat ini kondisi negara kita khususnya wilayah DKI Jakarta
seperti krisis keharmonisan. Orang bertindak rasis seolah semua orang merasa
benar dan mulai saling mengelompokan diri. Rasanya seperti kita akan kembali ke
masa penjajahan dulu, dimana setiap organisasi, setiap wilayah, setiap kota
punya keinginan berjalan sendiri-sendiri untuk merasa bebas. “Divide Et Impera“ yaaa itulah, Adu Domba, tanpa
sadar saat ini kita sedang di adu domba oleh dalang – dalang dibalik layar sana
yang memiliki kepentingan untuk menjajah, dan pion nya adalah “Kita”. Nyaris
saat ini keharmonisan adalah hal yang semu, dibalik rasa toleransi kini
tersimpan rasa benci, curiga satu sama lain. Gus Dur siapakah yang
mewarisi pemikiran mu, sebagai penengah dan pemersatu dari bedebah-bedebah budak
sara yang sedang booming layaknya penyakit kulit. Wahai saudaraku, sini duduk
bersama, ngobrol bersama, ngopi bersama, bercanda dan tersenyum bersama tanpa
ada tendeng rasa curiga, rasa benci, apa kalian tidak merindukan masa-masa itu?
Bhineka
Tunggal Ika, persatuan yang telah diperjuangkan para pejuang kita dahulu
teruslah pertahankan, negara kita memiliki dan mengakui 6 (enam) agama,
berbagai ras dan banyak suku, serta bahasa. Maka janganlah merasa harus
dihargai sendiri karena penghargaan itu miliki kita bersama, bukan satu agama,
satu ras, satu suku. Tetapi penghargaan yang berupa kemerdekaan negara kita
adalah milik bersama. Ingat, kita bisa merdeka karena kita bersama dan bersatu,
tak ada alasan agama, suku, ras, bahasa. Kita adalah satu, yaitu Indonesia.
-salam
satu keluarga, keluarga Pancasila, keluarga Bhineka Tunggal Ika, dan keluarga Indonesia-
KataCakra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar